Emotional Quality Management (EQM) merupakan konsep yang memadukan beberapa emosi dalam kehidupan sehari-hari yang saling melengkapi dan mendukung kita untuk menjadi insan yang lebih baik dengan mengendalikan emosi yang kita punya.
konsep feng shui sebagai model EQM.
Feng shui adalah jalan untuk menjaga
keharmonisan manusia dan alam semesta. Keseimbangan elemen feng shui
adalah dasar bagi aliran energi ‘Chi’ dalam diri manusia. Dikatakan
bahwa keseimbangan unsur-unsur pembentuk emosi merupakan dasar bagi
keseimbangan ‘energi positif’ itu sendiri. Unsur-unsur itu adalah:
•Emotional maturity. Kematangan emosi hanya melalui proses panjang, bukan secara instan.
•Emotional knowledge. Pengembangan emosi secara tepat bisa terwujut bila kita mampu memahaminya secara benar pula.
•Emotional spirituality. Pertumbuhan sejati emosi memerlukan unsur emosi ke-Tuhanan.
•Emotional autenticity. Hanya orang yang mempunyai emosi otentik yang dapat berkembang secara dewasa.
•Emotional reconciliation. Rekonsiliasi dengan diri sendiri dan sesama perlu agar manusia bisa meningkatkan kematangan emosi tanpa beban emosi masa lalu.
•Emotional maturity. Kematangan emosi hanya melalui proses panjang, bukan secara instan.
•Emotional knowledge. Pengembangan emosi secara tepat bisa terwujut bila kita mampu memahaminya secara benar pula.
•Emotional spirituality. Pertumbuhan sejati emosi memerlukan unsur emosi ke-Tuhanan.
•Emotional autenticity. Hanya orang yang mempunyai emosi otentik yang dapat berkembang secara dewasa.
•Emotional reconciliation. Rekonsiliasi dengan diri sendiri dan sesama perlu agar manusia bisa meningkatkan kematangan emosi tanpa beban emosi masa lalu.
Emotional Knowledge
Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan mengenai emosi itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk mendekati dunia emosi dari tataran kognitif.
Du Prez memberikan definisi emosi sebagai suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Emosi adalah reaksi kognitif manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi spesifik. Dengan demikian emosi terkait dengan aspek persepsi, pengalaman dan proses berpikir. Emosi dasar manusia digolongkan dalam tiga jenis yaitu gembira, takut, dan marah.
Dalam kehidupan, emosi tidak hanya berfungsi sebagai’ survival kit’ melainkan juga sebagai pembangkit energi, pembawa pesan, memperkuat informasi yang disampaikan, dan sebagai penyeimbang kehidupan kita.
Secara anatomi syaraf emosi, struktur otak manusia terdiri dari:
• Thalamus yang berfungsi sebagai ‘air traffic controller atau CPU komputer’.
• Korteks, yaitu ‘translator ‘ atau filter berupa akal sehat.
• Amygdala, yaitu ‘emotional sentinel’ atau pencetus emosi.
Cara kerjanya adalah Informasi/stimulus yang diterima oleh panca indera akan dihubungkan ke thalamus. Dari thalamus, stimulus diproses dan diarahkan ke korteks untuk disaring baru kemudian diteruskan ke amygdala yang kemudian akan ber-reaksi secara emosi. Kadang terjadi stimulus tidak disalurkan ke korteks tetapi melalui jalan pintas langsung ke amygdala. Ketika hal ini terjadi maka kita akan ber-reaksi secara emosional.
Emosi dapat dikendalikan melalui tiga tahap yaitu dengan berhati-hati dengan persepsi yang kita terima melalui panca indera, berhenti sejenak dan membiarkan korteks memikirkan apa yang terjadi, dan biarkan korteks menganalisa lebih lanjut stimulus yang diterima.
Kesimpulan dalam memahami emosi adalah bahwa semua orang mempunyai kebutuhan dasar emosi, setiap orang memiliki kebutuhan emosi paa tingkatan yang berbeda, kebutuhan emosi manusia berbeda pada level kebutuhannya, bukan paa jenisnya, variasi kebutuhan emosi lebih beragam dari pada kebutuhan dasar, perasaan adalah nyata dan tidak dapat diperdebatkan, dan emosi adalah kekuatan dahsyat yang tertidur.
Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan mengenai emosi itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk mendekati dunia emosi dari tataran kognitif.
Du Prez memberikan definisi emosi sebagai suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Emosi adalah reaksi kognitif manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi spesifik. Dengan demikian emosi terkait dengan aspek persepsi, pengalaman dan proses berpikir. Emosi dasar manusia digolongkan dalam tiga jenis yaitu gembira, takut, dan marah.
Dalam kehidupan, emosi tidak hanya berfungsi sebagai’ survival kit’ melainkan juga sebagai pembangkit energi, pembawa pesan, memperkuat informasi yang disampaikan, dan sebagai penyeimbang kehidupan kita.
Secara anatomi syaraf emosi, struktur otak manusia terdiri dari:
• Thalamus yang berfungsi sebagai ‘air traffic controller atau CPU komputer’.
• Korteks, yaitu ‘translator ‘ atau filter berupa akal sehat.
• Amygdala, yaitu ‘emotional sentinel’ atau pencetus emosi.
Cara kerjanya adalah Informasi/stimulus yang diterima oleh panca indera akan dihubungkan ke thalamus. Dari thalamus, stimulus diproses dan diarahkan ke korteks untuk disaring baru kemudian diteruskan ke amygdala yang kemudian akan ber-reaksi secara emosi. Kadang terjadi stimulus tidak disalurkan ke korteks tetapi melalui jalan pintas langsung ke amygdala. Ketika hal ini terjadi maka kita akan ber-reaksi secara emosional.
Emosi dapat dikendalikan melalui tiga tahap yaitu dengan berhati-hati dengan persepsi yang kita terima melalui panca indera, berhenti sejenak dan membiarkan korteks memikirkan apa yang terjadi, dan biarkan korteks menganalisa lebih lanjut stimulus yang diterima.
Kesimpulan dalam memahami emosi adalah bahwa semua orang mempunyai kebutuhan dasar emosi, setiap orang memiliki kebutuhan emosi paa tingkatan yang berbeda, kebutuhan emosi manusia berbeda pada level kebutuhannya, bukan paa jenisnya, variasi kebutuhan emosi lebih beragam dari pada kebutuhan dasar, perasaan adalah nyata dan tidak dapat diperdebatkan, dan emosi adalah kekuatan dahsyat yang tertidur.
Emotional Spirituality
Pada bab ini penulis buku membahas pengaruh kehidupan spiritual terhadap kematangan emosi. Emotional spirituality adalah dasar-dasar emosi Ilahi yang berkembang pada diri manusia sendiri.
Ada tiga emosi dasar universal yang sehat dari emotional spirituality yang diwarnai keimanan sejati yaitu: cinta kasih, murah hati/perduli, dan damai/penuh syukur. Waktu semangat kasih yang sejati dilakukan, muncul perasaan perduli. Inilah yang memberikan rasa damai dan bahagia. Rasa ini terwujut dalam sikap syukur atas semua peristiwa dalam hidupnya, maka semangat kasihpun tumbuh semakin subur. Sebaliknya sumber masalah emotional spirituality yang tidak sehat adalah egoisme yang menimbulkan keserakahan dan selanjutnya menyebabkan sikap ketakutan pada pemiliknya, yang akhirnya membuat orang tersebut menjadi semakin egois. Inilah siklus emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Dari uraian di atas kita melihat ada perbedaan antara emosi spiritual yang menyenangkan dan tidak menyenangkan sebagai berikut:
• Cinta kasih vs egoisme.
• Keperdulian vs keserakahan.
• Perasaan syukur vs ketakutan.
Pada bab ini penulis buku membahas pengaruh kehidupan spiritual terhadap kematangan emosi. Emotional spirituality adalah dasar-dasar emosi Ilahi yang berkembang pada diri manusia sendiri.
Ada tiga emosi dasar universal yang sehat dari emotional spirituality yang diwarnai keimanan sejati yaitu: cinta kasih, murah hati/perduli, dan damai/penuh syukur. Waktu semangat kasih yang sejati dilakukan, muncul perasaan perduli. Inilah yang memberikan rasa damai dan bahagia. Rasa ini terwujut dalam sikap syukur atas semua peristiwa dalam hidupnya, maka semangat kasihpun tumbuh semakin subur. Sebaliknya sumber masalah emotional spirituality yang tidak sehat adalah egoisme yang menimbulkan keserakahan dan selanjutnya menyebabkan sikap ketakutan pada pemiliknya, yang akhirnya membuat orang tersebut menjadi semakin egois. Inilah siklus emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Dari uraian di atas kita melihat ada perbedaan antara emosi spiritual yang menyenangkan dan tidak menyenangkan sebagai berikut:
• Cinta kasih vs egoisme.
• Keperdulian vs keserakahan.
• Perasaan syukur vs ketakutan.
Emotional Authenticity
Menjadi pribadi yang otentik adalah memahami struktur eksistensi dirinya sendiri tanpa terpengaruh tekanan masyarakat, nilai-nilai, pendidikan, tanpa menjadi konformis. Individu yang otentik menjadi dirinya sendiri sesuai dengan identitas pribadinya. Sebaliknya pribadi yang tidak otentik sibuk dengan segala macam usaha untuk mencapai dan menjaga citra dirinya yang palsu. Mereka terbiasa memakai topeng-topeng untuk menutupi diri dari perasaan tidak aman yang berasal dari diri sendiri maupun tekanan masyarakat.
Ada beberapa jenis topeng yang populer dalam hidup sehari-hari sbb:
• Topeng kepemilikan.
• Topen intelektualitas.
• Topeng sosial.
• Topeng moral.
• Topeng impresif.
• Topeng jabatan.
• Topeng seksualitas.
Untuk menjadi pribadi yang otentik, seseorang harus mengembangkan kejujuran emosi. Untuk itu dia harus menyadari bahwa pada dasarnya hidupnya terdiri dari tiga lapisan. Lapisan pertama adalah citra diri sendiri yang ditampilkan secara sosial dan menyangkut penilaian orang lain. Lapisan kedua adalah konsep diri yang menyangkut penilaian kita terhadap diri sendiri, lapisan ketiga adalah jati diri, yaitu diri kita yang sesungguhnya.
Langkah-langkah untuk mengembangkan kejujuran emosi adalah dengan mengakui adanya perasan atau emosi tidak menyenangkan yang pernah dialami. Langkah kedua adalah belajar untuk mengetes keyakinan dengan belajar dari pengalaman yang membuat kita menyembunyikan perasaan. Langkah ketiga adalah mengambil kendali atas perasaan dan belajar mengekspresikannya secara jujur. Langkah keempat adalah menyakinkan diri kembali tentang apa akibatnya bila emosi tidak pernah terekspresikan secara jujur.
Menjadi pribadi yang otentik adalah memahami struktur eksistensi dirinya sendiri tanpa terpengaruh tekanan masyarakat, nilai-nilai, pendidikan, tanpa menjadi konformis. Individu yang otentik menjadi dirinya sendiri sesuai dengan identitas pribadinya. Sebaliknya pribadi yang tidak otentik sibuk dengan segala macam usaha untuk mencapai dan menjaga citra dirinya yang palsu. Mereka terbiasa memakai topeng-topeng untuk menutupi diri dari perasaan tidak aman yang berasal dari diri sendiri maupun tekanan masyarakat.
Ada beberapa jenis topeng yang populer dalam hidup sehari-hari sbb:
• Topeng kepemilikan.
• Topen intelektualitas.
• Topeng sosial.
• Topeng moral.
• Topeng impresif.
• Topeng jabatan.
• Topeng seksualitas.
Untuk menjadi pribadi yang otentik, seseorang harus mengembangkan kejujuran emosi. Untuk itu dia harus menyadari bahwa pada dasarnya hidupnya terdiri dari tiga lapisan. Lapisan pertama adalah citra diri sendiri yang ditampilkan secara sosial dan menyangkut penilaian orang lain. Lapisan kedua adalah konsep diri yang menyangkut penilaian kita terhadap diri sendiri, lapisan ketiga adalah jati diri, yaitu diri kita yang sesungguhnya.
Langkah-langkah untuk mengembangkan kejujuran emosi adalah dengan mengakui adanya perasan atau emosi tidak menyenangkan yang pernah dialami. Langkah kedua adalah belajar untuk mengetes keyakinan dengan belajar dari pengalaman yang membuat kita menyembunyikan perasaan. Langkah ketiga adalah mengambil kendali atas perasaan dan belajar mengekspresikannya secara jujur. Langkah keempat adalah menyakinkan diri kembali tentang apa akibatnya bila emosi tidak pernah terekspresikan secara jujur.
Emotional Reconciliation
Ada perbedaan antara memberi maaf dan rekonsiliasi. Pemaafan atau pengampunan cenderung bersifat personal karena berupa respon untuk melupakan kesalahan orang lain pada dirinya. Sedangkan rekonsiliasi selain memberi maaf juga saling berdamai.
Study empiris menunjukkan bahwa memaafkan diri sendiri dan orang lain adalah unsur penting bagi pertumbuhan emosi untuk mencapai pribadi yang matang dan dewasa. Orang yang mudah memaafkan tidak mudah tersinggung, tidak mudah menyalahkan orang lain dan punya sikap yang rasional. Sedangkan dampak kebencian membahayakan kesehatan jantung dan sistim peredaran darah manusia. Jadi sebenarnya memaafkan bermanfaat bagi diri sendiri bukan orang lain. Memaafkan bukan tindakan yang menunjukkan kelemahan karena memaafkan berarti menolak menjadi korban rasa benci dan dendamnya. Justru untuk memaafkan diperlukan kekuatan yang besar.
Ada beberapa fase dalam proses memaafkan menurut Enright dan Reed:
• Fase pengungkapan yaitu ketika sedang merasa sakit hati.
• Fase keputusan ketika mulai memikirkan untuk memaafkan tapi belum memberikan maaf sepenuhnya.
• Fase tindakan ketika ada tingkat pemikiran baru untuk memberikan maaf secara aktif.
• Fase pendalaman yaitu internalisasi makna dari proses memaafkan.
Dalam bentuk yang lain proses memaafkan dapat berupa lima tahapan yaitu penolakan, berpikir rasional, berinisiatif, penguatan, dan bertindak. Sementara itu emosi yang belum terselesaikan akan menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi secara sehat, tingkat interaksi rendah, muncul gangguan fisik seperti sulit tidur, sakit kepala, dan kehidupan menjadi tidak produktif.
Ada perbedaan antara memberi maaf dan rekonsiliasi. Pemaafan atau pengampunan cenderung bersifat personal karena berupa respon untuk melupakan kesalahan orang lain pada dirinya. Sedangkan rekonsiliasi selain memberi maaf juga saling berdamai.
Study empiris menunjukkan bahwa memaafkan diri sendiri dan orang lain adalah unsur penting bagi pertumbuhan emosi untuk mencapai pribadi yang matang dan dewasa. Orang yang mudah memaafkan tidak mudah tersinggung, tidak mudah menyalahkan orang lain dan punya sikap yang rasional. Sedangkan dampak kebencian membahayakan kesehatan jantung dan sistim peredaran darah manusia. Jadi sebenarnya memaafkan bermanfaat bagi diri sendiri bukan orang lain. Memaafkan bukan tindakan yang menunjukkan kelemahan karena memaafkan berarti menolak menjadi korban rasa benci dan dendamnya. Justru untuk memaafkan diperlukan kekuatan yang besar.
Ada beberapa fase dalam proses memaafkan menurut Enright dan Reed:
• Fase pengungkapan yaitu ketika sedang merasa sakit hati.
• Fase keputusan ketika mulai memikirkan untuk memaafkan tapi belum memberikan maaf sepenuhnya.
• Fase tindakan ketika ada tingkat pemikiran baru untuk memberikan maaf secara aktif.
• Fase pendalaman yaitu internalisasi makna dari proses memaafkan.
Dalam bentuk yang lain proses memaafkan dapat berupa lima tahapan yaitu penolakan, berpikir rasional, berinisiatif, penguatan, dan bertindak. Sementara itu emosi yang belum terselesaikan akan menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi secara sehat, tingkat interaksi rendah, muncul gangguan fisik seperti sulit tidur, sakit kepala, dan kehidupan menjadi tidak produktif.