Jumat, 19 April 2013

Emotional Quality Management

         Emotional Quality Management (EQM) merupakan konsep yang memadukan beberapa emosi dalam kehidupan sehari-hari yang saling melengkapi dan mendukung kita untuk menjadi insan yang lebih baik dengan mengendalikan emosi yang kita punya.
konsep feng shui sebagai model EQM.
         Feng shui adalah jalan untuk menjaga keharmonisan manusia dan alam semesta. Keseimbangan elemen feng shui adalah dasar bagi aliran energi ‘Chi’ dalam diri manusia. Dikatakan bahwa keseimbangan unsur-unsur pembentuk emosi merupakan dasar bagi keseimbangan ‘energi positif’ itu sendiri. Unsur-unsur itu adalah:
Emotional maturity. Kematangan emosi hanya melalui proses panjang, bukan secara instan.
Emotional knowledge. Pengembangan emosi secara tepat bisa terwujut bila kita mampu memahaminya secara benar pula.
Emotional spirituality. Pertumbuhan sejati emosi memerlukan unsur emosi ke-Tuhanan.
Emotional autenticity. Hanya orang yang mempunyai emosi otentik yang dapat berkembang secara dewasa.
Emotional reconciliation. Rekonsiliasi dengan diri sendiri dan sesama perlu agar manusia bisa meningkatkan kematangan emosi tanpa beban emosi masa lalu.

Emotional Knowledge

    Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan mengenai emosi itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk mendekati dunia emosi dari tataran kognitif.
Du Prez memberikan definisi emosi sebagai suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Emosi adalah reaksi kognitif manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi spesifik. Dengan demikian emosi terkait dengan aspek persepsi, pengalaman dan proses berpikir. Emosi dasar manusia digolongkan dalam tiga jenis yaitu gembira, takut, dan marah.
Dalam kehidupan, emosi tidak hanya berfungsi sebagai’ survival kit’ melainkan juga sebagai pembangkit energi, pembawa pesan, memperkuat informasi yang disampaikan, dan sebagai penyeimbang kehidupan kita.
Secara anatomi syaraf emosi, struktur otak manusia terdiri dari:
• Thalamus yang berfungsi sebagai ‘air traffic controller atau CPU komputer’.
• Korteks, yaitu ‘translator ‘ atau filter berupa akal sehat.
• Amygdala, yaitu ‘emotional sentinel’ atau pencetus emosi.

     Cara kerjanya adalah Informasi/stimulus yang diterima oleh panca indera akan dihubungkan ke thalamus. Dari thalamus, stimulus diproses dan diarahkan ke korteks untuk disaring baru kemudian diteruskan ke amygdala yang kemudian akan ber-reaksi secara emosi. Kadang terjadi stimulus tidak disalurkan ke korteks tetapi melalui jalan pintas langsung ke amygdala. Ketika hal ini terjadi maka kita akan ber-reaksi secara emosional.
Emosi dapat dikendalikan melalui tiga tahap yaitu dengan berhati-hati dengan persepsi yang kita terima melalui panca indera, berhenti sejenak dan membiarkan korteks memikirkan apa yang terjadi, dan biarkan korteks menganalisa lebih lanjut stimulus yang diterima.
Kesimpulan dalam memahami emosi adalah bahwa semua orang mempunyai kebutuhan dasar emosi, setiap orang memiliki kebutuhan emosi paa tingkatan yang berbeda, kebutuhan emosi manusia berbeda pada level kebutuhannya, bukan paa jenisnya, variasi kebutuhan emosi lebih beragam dari pada kebutuhan dasar, perasaan adalah nyata dan tidak dapat diperdebatkan, dan emosi adalah kekuatan dahsyat yang tertidur.

Emotional Spirituality

     Pada bab ini penulis buku membahas pengaruh kehidupan spiritual terhadap kematangan emosi. Emotional spirituality adalah dasar-dasar emosi Ilahi yang berkembang pada diri manusia sendiri.
Ada tiga emosi dasar universal yang sehat dari emotional spirituality yang diwarnai keimanan sejati yaitu: cinta kasih, murah hati/perduli, dan damai/penuh syukur. Waktu semangat kasih yang sejati dilakukan, muncul perasaan perduli. Inilah yang memberikan rasa damai dan bahagia. Rasa ini terwujut dalam sikap syukur atas semua peristiwa dalam hidupnya, maka semangat kasihpun tumbuh semakin subur. Sebaliknya sumber masalah emotional spirituality yang tidak sehat adalah egoisme yang menimbulkan keserakahan dan selanjutnya menyebabkan sikap ketakutan pada pemiliknya, yang akhirnya membuat orang tersebut menjadi semakin egois. Inilah siklus emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Dari uraian di atas kita melihat ada perbedaan antara emosi spiritual yang menyenangkan dan tidak menyenangkan sebagai berikut:
• Cinta kasih vs egoisme.
• Keperdulian vs keserakahan.
• Perasaan syukur vs ketakutan.



Emotional Authenticity

    Menjadi pribadi yang otentik adalah memahami struktur eksistensi dirinya sendiri tanpa terpengaruh tekanan masyarakat, nilai-nilai, pendidikan, tanpa menjadi konformis. Individu yang otentik menjadi dirinya sendiri sesuai dengan identitas pribadinya. Sebaliknya pribadi yang tidak otentik sibuk dengan segala macam usaha untuk mencapai dan menjaga citra dirinya yang palsu. Mereka terbiasa memakai topeng-topeng untuk menutupi diri dari perasaan tidak aman yang berasal dari diri sendiri maupun tekanan masyarakat.
Ada beberapa jenis topeng yang populer dalam hidup sehari-hari sbb:
• Topeng kepemilikan.
• Topen intelektualitas.
• Topeng sosial.
• Topeng moral.
• Topeng impresif.
• Topeng jabatan.
• Topeng seksualitas.

       Untuk menjadi pribadi yang otentik, seseorang harus mengembangkan kejujuran emosi. Untuk itu dia harus menyadari bahwa pada dasarnya hidupnya terdiri dari tiga lapisan. Lapisan pertama adalah citra diri sendiri yang ditampilkan secara sosial dan menyangkut penilaian orang lain. Lapisan kedua adalah konsep diri yang menyangkut penilaian kita terhadap diri sendiri, lapisan ketiga adalah jati diri, yaitu diri kita yang sesungguhnya.
     Langkah-langkah untuk mengembangkan kejujuran emosi adalah dengan mengakui adanya perasan atau emosi tidak menyenangkan yang pernah dialami. Langkah kedua adalah belajar untuk mengetes keyakinan dengan belajar dari pengalaman yang membuat kita menyembunyikan perasaan. Langkah ketiga adalah mengambil kendali atas perasaan dan belajar mengekspresikannya secara jujur. Langkah keempat adalah menyakinkan diri kembali tentang apa akibatnya bila emosi tidak pernah terekspresikan secara jujur.

Emotional Reconciliation

       Ada perbedaan antara memberi maaf dan rekonsiliasi. Pemaafan atau pengampunan cenderung bersifat personal karena berupa respon untuk melupakan kesalahan orang lain pada dirinya. Sedangkan rekonsiliasi selain memberi maaf juga saling berdamai.
Study empiris menunjukkan bahwa memaafkan diri sendiri dan orang lain adalah unsur penting bagi pertumbuhan emosi untuk mencapai pribadi yang matang dan dewasa. Orang yang mudah memaafkan tidak mudah tersinggung, tidak mudah menyalahkan orang lain dan punya sikap yang rasional. Sedangkan dampak kebencian membahayakan kesehatan jantung dan sistim peredaran darah manusia. Jadi sebenarnya memaafkan bermanfaat bagi diri sendiri bukan orang lain. Memaafkan bukan tindakan yang menunjukkan kelemahan karena memaafkan berarti menolak menjadi korban rasa benci dan dendamnya. Justru untuk memaafkan diperlukan kekuatan yang besar.

       Ada beberapa fase dalam proses memaafkan menurut Enright dan Reed:
• Fase pengungkapan yaitu ketika sedang merasa sakit hati.
• Fase keputusan ketika mulai memikirkan untuk memaafkan tapi belum memberikan maaf sepenuhnya.
• Fase tindakan ketika ada tingkat pemikiran baru untuk memberikan maaf secara aktif.
• Fase pendalaman yaitu internalisasi makna dari proses memaafkan.

      Dalam bentuk yang lain proses memaafkan dapat berupa lima tahapan yaitu penolakan, berpikir rasional, berinisiatif, penguatan, dan bertindak. Sementara itu emosi yang belum terselesaikan akan menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi secara sehat, tingkat interaksi rendah, muncul gangguan fisik seperti sulit tidur, sakit kepala, dan kehidupan menjadi tidak produktif. 

Rabu, 17 April 2013

Contoh Strategi Level Korporasi





Dari Mimpi Menjadi Nyata



Berawal dari rasa ketidakyakinan, bahwa saya disuruh mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Lomba? Karya tulis? Se-nasional? Kayaknya ga mungkin deh, hhe..
Yaiyalah ga mungkin, pertama saya jarang banget ikut lomba-lomba, apalagi ruang lingkupnya se-nasional. Kedua, saya belum pernah ngebuat yang namanya karya tulis, kerangka penulisan yang bener aja belum tau. Yang ada dibenak saya karya tulis itu sama dengan skripsi, dan kebanyakan mahasiswa tu stress gara-gara skripsinya, berarti kalo gitu saya bakalan stress kayak nyusun skiripsi! Hahaha...Tapi, ya.. dcobalah iseng-iseng berhadiah dan nambah pengalaman pastinya.
Akhirnya saya bersama dua rekan saya (Kumita Ary dan Ai Tety) mencoba untuk membuat sebuah karya yang terpaksa harus dibuat. Siapa yang maksa? Ni dia namanya “Ade Suyitno” sesorang yang selalu optimis, kritis, dan terus memotivasi kita dalam menulis.
Okey, setelah diberi kepercayaan untuk menulis, kita bertiga jadi sering ketemu. Di perpus, kita bertiga bengong, bingung, dan ga tau harus mulai dari mana?. Akhirnya yang pertama dikerjakan adalah memilih sub-tema yang ditawarkan oleh panitia. Disitu kita diskusi lumayan lama hanya berbekal dari pengetahuan masing-masing. Diskusinya lumayan lama sekitar 1,5 jam-an lah (baru nentuin sub-judul loh). Setelahnya kita coba cari referensi yang terkait dengan sub-tema yang kita pilih.
Pertemuan di secretariat UKM SCIEmics, kita bertiga bengong lagi, bingung lagi, dan ga tau harus mulai dari mana lagi?. Yasudahlah karena deadline pengiriman sudah mepet dan masih banyak BAB yang belum dibuat, dan kita putuskan untuk membagi tugas. Dan saya kebagian tentang “Sintesis”, “Whaaaaat??? What the meaning of “Sintesis”?. Yaudalah coba aja.. Yang saya lakukang saati itu adalah ATM (Amati Tiru Modifikasi) dari karya-karya yang sudah ada. Setelah terkumpul semua tugas yang dibagi tadi, tugas saya selanjutnya membuat presentasi power pointnya, ya.. sama Amati Tiru dan Modifikasi.
Bereesss… kebiasaan unik saya, suka mimpi sendiri. Smua File yang berhubungan dengan karya tulis ini saya masukan dalam folder dan saya kasih nama “SETIA UNS SCIEmics UPI JUARA UMUM!!!”, dan power point yang kita buat, saya kasih nama “Bismillah JUARA 1 SETIA 5th” ya.. setiap perkataan adalah doa, aamiiin.
Akhirnya kami berangkat ke Solo dan mempresentasikan karya kami. Luarrrr biasa kita juara 2 J se-Nasional lagi. Woooowww. Ga nyangka? Emang ga nyangka! Bengong? Lebih bengong dari ngerjain karya tulisnya!. Alhamdulillah… impian bisa juara 1 tapi agak meleset jadinya juara 2. Jadi mimpilah setinggi-tingginya dan berusaha untuk mencapainya, walaupun tidak sesuai target insyaAllah hasilnya ga akan jauh dari yang kita targetkan!. Bismillah…
Terimakasih Ya Allah…. Tarimakasih kang Ade Suyitno yang udah maksa kita dan akhirnya bisa juara 2, pengalaman yang tak bisa dilupakan pokonya :).
Tulisan yang Merupakan Doa

Saya yang Membawa Piala Menggunakan Almamater UPI


 
                       
  Helmy Cahya Muhammad
Manajemen UPI 2010
Twiter : helmyrumi


EKONOMI ISLAMI: PERBEDAAN SUDUT PANDANG

Sejauh ini kita telah mengetahui perbedaan-perbedaan yang diametral antara paradigma yang mendasari ekonomi konvensional dengan paradigma yang mendasari ekonomi islami. Keduanya tidak mungkin dan tidak akan pernah mungkin untuk dikompromikan, karena masing-masingnya didasarkan atas pandangan-dunia (weltanschauung) yang berbeda. Ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler (berorientasi hanya pada kehidupan duniawi--kini dan di sini,) dan sama sekali tidak memasukkan Tuhan serta tanggung jawab manusia kepada Tuhan di akhirat dalam bangun pemikirannya. Karena itu ilmu ekonomi konvensional menjadi bebas nilai (positivistik). Sementara itu, ekonomi islami justru dibangun atas, atau paling tidak diwarnai oleh, prinsip-prinsip relijius (berorientasi pada kehidupan dunia—kini dan di sini—dan sekaligus kehidupan akhirat—nanti dan di sana).

Dalam tataran paradigma seperti ini, ekonom-ekonom muslim tidak menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun ketika mereka diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi islami itu, mulai muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini, pemikiran ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni:
Mazhab Baqir as-Sadr
Mazhab mainstream; dan
Mazhab Alternatif-kritis